Penulis : Mustofa Faqih *
Kisah sukses para founder startup seringkali dibingkai dalam narasi keberanian mengambil risiko, visi yang kuat, dan insting bisnis yang tajam. Namun, di balik kilau inovasi dan pertumbuhan eksponensial, terdapat fondasi yang seringkali terabaikan: pemahaman dan penerapan strategi manajemen yang cerdas. Di era persaingan yang sengit dan perubahan pasar yang dinamis, seorang entrepreneur yang hanya mengandalkan intuisi dan semangat tanpa arah ibarat pelaut handal tanpa peta dan kompas. “Entrepreneur Cerdas Paham Strategi” adalah kunci untuk mengubah potensi menjadi kesuksesan yang berkelanjutan.
Kita seringkali terpukau dengan cerita unicorn yang lahir dalam semalam. Namun, penelitian menunjukkan bahwa umur rata-rata perusahaan dalam Indeks S&P 500 terus menurun, dari sekitar 60 tahun pada 1950-an menjadi kurang dari 20 tahun saat ini (Downes & Nunes, 2014). Fenomena ini menggarisbawahi bahwa inovasi dan keberanian saja tidak cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang. Pemahaman yang mendalam tentang manajemen strategis menjadi pembeda antara kesuksesan sesaat dan dominasi pasar yang berkelanjutan.
Manajemen strategis bukan sekadar menyusun rencana bisnis yang tebal dan berdebu. Lebih dari itu, ia adalah proses berkelanjutan yang melibatkan analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, perumusan visi dan misi yang jelas, penetapan tujuan yang terukur, pengembangan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, implementasi yang efektif, dan evaluasi kinerja secara berkala (Pearce & Robinson, 2018). Bagi seorang entrepreneur, pemahaman akan siklus strategis ini memungkinkan mereka untuk tidak hanya merespons perubahan pasar, tetapi juga untuk proaktif menciptakan peluang baru.
Salah satu aspek krusial dalam manajemen strategis bagi entrepreneur adalah pemahaman akan competitive advantage. Michael Porter (1985) dalam karyanya yang monumental menjelaskan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif melalui dua cara utama: cost leadership (menawarkan produk atau layanan dengan biaya terendah) atau differentiation (menawarkan produk atau layanan yang unik dan bernilai di mata pelanggan). Seorang entrepreneur yang cerdas akan mampu mengidentifikasi dan membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi bisnisnya, bukan hanya meniru apa yang sudah ada.
Selain itu, di era digital yang serba cepat, entrepreneur perlu memahami pentingnya dynamic capabilities (Teece, Pisano, & Shuen, 1997). Konsep ini merujuk pada kemampuan perusahaan untuk mengintegrasikan, membangun, dan mengkonfigurasi ulang kompetensi internal dan eksternal untuk mengatasi perubahan lingkungan yang cepat. Startup yang agile dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan preferensi konsumen memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan dan berkembang.
* Mustofa Faqih, Mahasiswa Pascasarjana MM UNISNU Jepara.
Komentar